BAB I
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Asthma adalah penyakit peradangan
saluran nafas kronik akibat terjadinya peningkatan kepekaan saluran nafas
terhadap berbagai rangsangan. Asthma merupakan obstruksi saluran nafas yang
reversible dari kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus dan udema
mukosa. Terjadi peradangan di saluran nafas dan menjadi responsive
terhadapbeberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus, aspirin, air
dingin, dan olag raga.
Menurut The American Thoracic
Society, asthma adalah suatu penyakit yang di tandai dengan adanya peningkatan
respon trachea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyemptan jalan nafas yang luas dan derajadnya berubah – ubah, baik
secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
Asthma bronchiale adalah suatu penyaakit
pernafasan akut yang di sebabkan oleh allergen, adanya perubahan suatu
lingkunga, atau tekanan emosinal(Bobak et all, 1995)
Asthma adalah serangan yang hebat
yang mengakibatkan sesak nafas disertai wheezing sebagai respon terhadap
terhirupnya allergen.
Pengaruh asthma terhadap timbulnya
serangan asthma tidaklah selalu sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang
penderita asthma, serangan tidak sama pada kehamiln pertama dan berikutnya.
B.
Etiologi
Secara
umum gejala asthma adalah sesak nafas, batuk berdahak dan suara nafas yang
berbunyi ngik –ngik, dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari
menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormone kortisol
yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai factor lainnya.
Factor pencetus yang dapat menimbulkan terjadinya asthma
antara lain adalah :
1. Faktor penjamu faktor pada pasien :
a) Aspkek genetik
b) Emungkinan alergi
c) Saluran nafas yang memang terangsang
d) Jenis kelamin
e) Ras/etnik
2. Faktor lingkungan :
a) Bahan – bahan didalam ruangan
·
Tungau,
debu rumah
·
Binatang,
kecoa
b) Bahan – bahan di luar ruangan
·
Tepung
sari bunga
·
Jamur
c) Makanan – makanan tertentu bahkan, bahan pengawet,
penyedap, pewarna makanan
d) Obat – obatan tertentu
e) Iritan (parfum bau – bauan merangsang, ousehold spray)
f) Ekspresi emosi yang berlebihan
g) Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
h) Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
i) Infeksi saluran nafas
j) Exercise induced asthma
k) Perubahan cuaca
C. Patofisiologi
Asthma
adalah penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat terjadinya peningkatan
kepekaan salura nafas terhadap berbagai rangsangan pada penderita yang peka,
akan menyebabkan munculnya serangan batuk, bunyi mengi, banyak dahak, sesak
nafas dan rasa tidak enak didadaterutama pada malam hari/menjelang pagi. Belum
diketahui secara pasti mengapa pada sebagian orang saluran nafasnya meradang
dan pada sebagian lain normal.tetapi kejadian tersebut biasanya ditemukan pada
keluarga atopik yang dapat meariskan sifat alergi ini pada turunannya.seperti
diketahui, salura nafas manusia bermula dari mulut dan hidung, lalu berstu di
daerah leher menjadi trakhea (tenggorokan) yang akan masuk ke paru – paru.
Didalam paru, satu saluran nafas trakhea itu akanbercabang – cabang, satu ke
paru kiri dan satu lagi ke paru kanan, kemudian masing – masing bercabang –
cabang lagi, makin lama tentu makin kecil sampai 23 kali dan berujung di
alveoli, tempat terjadinya pertukaran gas, oksigen (O2), masuk
kedalam pembuluh darah, dan CO2 dikeluarkan. Perubahan morfologi
akibat asthma meliputi peningkatan respon saluran nafas, dan peradangan
berhubungan dengan gen pada kromosom gen sitokin dan reseptor antigen T-cell
sedangkanlingkungan yang menjadi allergen tergantung individu masing – masing,
seperti influenza atau roko. Asthma merupakan obstruksi saluran nafas yang
reversible dari kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus dan udema
mukosa, terjadi peradangan di saluran nafas dan menjadi responsive terhadap
beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus, aspirin, air dingin dan
olah raga. Aktifitas sel mast oleh sitokin menjadi media konstriksi bronkus
dengan lepasnya histamine, prostaglandin D2 dan leukotrienes.Karena
prostaglandin seri F dan ergonovine dapat menjadikan asma, maka penggunaanya
sebagai obat – obat dibidang obstetric ebaiknya dapat dihibdari jika
memungkinkan.
D. Pencegahan
Pada ibu
hamil dengan mempunyai keluhan asthma, yang serangan asthma akan kambuh kapan
saja, sehingga harus menghindari beberapa faktor yang menyebabkan asthma,
diantaranya yaitu :
v
Menghindari
asap rokok dari perokok aktif
v
Menghindari
adanya polusi udara baik dari dalam maupun dari luar ruangan
v
Menghindari
ekspresi emosi yang berleuhan
v
Menghindari
makanan pnyebab alergi
v
Menghindari
iritan, misalkan bau parfum, bau – bauan perangsang
v
Menghindari
obat – obat tertentu menyebabkan asthma tersebut kambuh
v
Hindari
makanan produk industri dengan pewarna buatan, pengawet, vetsin
v
Melakukan
perlindungan diri ketika terjadi suetu perubahan cuaca
v
Mengurangi
aktivitas yang menyebabkan asthma kambuh
E. Klasifikasi
Asthma dalam Bahasa Yunani berarti ”sesa nafas”,
dibedakan menjadi 2 macam : yaitu asthma kardiac yang berhubungan dengan
kelainan jantung, dan bronkhial (intrinsik dam ekstrinsik) yang merupakan
penyakit saluran pernafasan. Jenis terkhir ini penderitanya jauh lebih banyak.
Penderita asthma bronkhial ekstrisik biasanya hipersensitif dan hiperaktif
terhadap macam – macam rangsangan dari luar seperti debu, cuaca, tungau, kapuk,
obat nyamuk, tepung sari, dan sebagainya.
Dua klasifikasi terbesar daru asthma meliputi (1) asthma
ekstrinsik yang dapat diturunkan dalam keluarga, dimana onset pad anak – anak yang
dihubungkan dengan alergi, dan (2) asthma instrisik yang memang ada, bukan
sebagai akibat alergi dan biasanya muncul padakehidupan dewasa tapa riwayat
keluarga dengan atopi atau alergi.
Klasifikasi asthmasecara umum adalah :
- Asthma kronik
- Asthma akut
Tingkatan klinik asthma :
Ø
Pada
kasus asthma sedang, hipoksia pad awalnya dapat dikompensasi oleh
hiperventilasi, sebagai refleksi dari PO2 arteri normal, menurunnya
PCO2 dan alkalosis respiratori
Ø
Pada
obstruksi berat, ventilasi menjadi berat karena fatique menjadikan retensi CO2
Ø
Pada
hiperventilasi, keadaan hanya dapat dilihat sebagai PCO2 arteri yang
berubah menjadi normal, akhirnya pada obstruksi berat yang diikuti kegagalan
pernafasan dengan karakteristik hiperkalnia dan asidemia
F. Manifestasi Klinis
Asthma
adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. Keluhan alergi sering sangat
misterius, sering berulang, berubah – berubah datang dan pergi tak menentu.
Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan
depannya sesak, selanjutnya ulit makanhingga berminggu – minggu. Bagaimana
keluhan yang berubah – berubah dan misteriu itu terjadi, ahli alergi modern
berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran). Reaksi
alergi yang dapat mengganggu beberapa sistem dan organ tubuh anak dapat
menyertai penderita asthma. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami
gangguan atau serangan lebih benyak dari organ yang lain.Mengapa berbeda,
hingga saat ini masih belum terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem
tubuh, bisa terpengaruh bisa melemah. Penderita asthma juga sering disertai
gangguan alergi pada organ tubuh yang lain seperti pilek, sinusitus, gangguan
kulit, mata gatal, gangguan saluran cerna, seing sakit kepala, migran, gangguan
hormonal. Pada gangguan saluran kencing didapatkan gejala sering kencing,
cistitis atai bedwetting. Pada sistem otot dan tulang didapatkan keluhan nyeri
kaki, tangan, atau kaku pada leher. Pada gangguan pembuluh darah didapatkan
gejala mudah pingsan, tekanan darah rendah dan berdebar – berdebar.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang dengan asthma pada kehamilan adalah :
- Gas darah arteri membantu penilaian keparahan proses penyakit, pengurangan PO2.arteri menunjukan luasnya hipoksemia arteri, penurunan PCO2 menggambarkan hiperventilasi. Peningkatan PCO2 merupakan tanda suram dari ancaman gagal pernafasan
- Foto toraks : mungkin bermanfaat bila diduga pneumonitis
- Tes fungsi paru (paru ekspirasi paksa dalam 1 detik, FEV, kecepatan aliran ekspirasi puncak) membantu menilai keparahan obstruksi nafas
H. Komplikasi
- Pneumothoraks
- Pneumomediastinum dan emfisema subcutis
- Atelektasis
- Aspergilosis bronkopulmoner alergik
- Gagal nafas
- Bronkhitis
- Fraktur iga
Efek asthma pada ibu dan janin :
ü
Efek
pada fetus, kompensasi pada fetus adalah :
a. Menurunnya aliran darah pada uterus
b. Menurunnya venous return ibu
c. Kurva disosiasi oksiHb bergeser kekiri
ü
Sedangkan
pada ibu yang hipoksemia repon fetus yang terjadi :
1. Menurunnya aliran darah ke tali pusat
2. Meningkatnya resistensi pembuluh dara paru dan sistemik
3. Menurunnya cardiac output
Perlu diperhatikan efek samping pemberian obat – obatan
asthma terhadap fetus, walaupun tidak ada buktibahwa pemakaian obat – obat anti
asthma akan membahayakan fetus.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan pada kehamilan dengan asthma adalah :
- Cegah timbulnya stress
- Hindari faktor resiko atau pencetus yang sudah diketahui secara intensif
- Cegah penggunaan obat seperti aspirin yang dapat menjadi pencetustimbulnya serangan
- Penatalakasanaan asthma akut pada kehamilan pada prinsipnya tidak ada perbedaan dengan asthma yang terjadi bukan saat kehamilan. Untuk first line therapy dipakai ß- adregernogic agonis, terbutaline, albuterol, isoetharine, epinefrin, isoproterenol yang dapat diberikan secara subcutan, oral tau inhalasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan digunakan preparat dengan onset lama. Kortikosteroid seharusnya duberikan pada tahap awal terapi kepada semua pasien asthma akut yang berat. Karena onset lama dari kortikosteroid yang memakan waktu beberapa jam walaupun pada pemberian intravena atau aerosol, maka steroid diberikan bersama – sama dengan ß-agonis.manajemen berikutnya tergantung kepada respon terhadap terapi yang akan diberikan. Terapi yang intensif termasuk ß-agonis, kortikosteroid intravena dan observasi ketat pada pernafasan yang distress dan fatigue. Sedangkan pada status asmatikus, yaitu tidak adanya respon terhadap terapi yang telah diberikan lebih dari 60 menit, memerlukan perawatan yang intensif, seperti intubasi ibu disamping tetap diberikan obat – obatan.apabila didapatkan keadaan kelelahan, retensi CO2, dan hipoksemia maka ventilasi mekanik perlu dilakukan
- Adapun penatalaksanaan asthma kronik :
- Penilaian objektif dari fungsi paru dankaedaan fetus
- Menghindari faktor – faktor presipitat lingkungan
- Terapi farmakologi
- Edukasi terhadap pasien
- Pada keadaan leih berat, penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan satu atau eih dari obat dibawah ini :
- Epinephirine(1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
- Isoproterenol(1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
- Oxigen
- Amoniphilin 250-500 mg dalam infus glukosa 5%
- Hidrokortison 260- 1000 mg IV pelan – pelan per infus dalam dekstrose 10%
- Hindari obat – obat yang mengandung iodium karena dapat memuat gangguan janin dan berikan antibiotika jika ada sangkaan terdapat infeksi
- Persalinan dan proses kelahiran
Menjeleng persalinan, terapi terhadap pasien asthma ini
tetap dilanjutkan. Biasanya diberikan selama 4 minggu. Obat yang biasanya
dipakai adalahhidrokortison 100 mg yang diberikan secara intravena setiap 8
jam. PEFR atau FEV 1 harus ditentukan pada pasien yang dirawat. Pemakaian
narkotik-non histamine seperti Fentanyl dapat dipertimbangkan daripada
meperidian pada prosese persalinan. Sedangkan pada operasi, berikan analgesik
pada intubasi trakhea untuk mencegah bronkospasme. Jika terjadi hemoragi post
partum, maka penatalaksanaannya dengan prostaglandin E2 atau
uterotonik seperti prostaglandin F2
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data
Sosial
Data
sosial yang perlu dikaji pada klien antara lain : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, penangung jawab/suami, alamat, dll
2. Riwayat
Penyakit
Dalam melakukan pengkajian
riwayat kesehatan, hal yang perlu dinyatakan antara lain :
a. Keluhan utama yaitu keluhan batuk, sesak nafas, mengi
atau adanya dahak atau lendir yang berlebihan. Mengkaji keadaan umum klien
terutama tingkat kesadarannya adalah untuk menentukan angka yang tepat.
b. Riwayat penyakit sekarang meliputi kapan munculnya gejala,
lama terjadinya serangan, bertanya keluhan yang dirasakan dan tindakan
pertolongan yang sudah dilakukan.disamping itu, perlu dikaji apa faktor yang
mencetuskan terjadinya serangan, apakah karena allergen, atau faktor intrinsik,
misalnya stress, emosional. Perawat juga hrus mengetahui apa pengaruh yang
dirasakan klien pada kehamilannya akibat serangan asthma yang dialami.
Pengkajian pada semua sistem tubuh diperlukan untuk mengetahui, kemungkinan
adanya perubahan sistem yang tidak efektif, kemungkinan perubahan sistem yang
terjadi akibat serangan asthma antara lain :sistempernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem pencernaa dansistem persyarafan. Selain itu pola
kebiasaan klien sehari – hari yang perlu diketahui untuk menilai adanya
perubahan pola sehubungan denganadanya asthma.
B. Diagosa Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
produksi sekret pernafasan yang meningkat
b) Kecemasan berhubungan dengan resiko gangguan
kahamilan
C. Intervensi
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
|
Bersihan nafas tidak efektif berhubungan dengan
produksi sekret pernafasan yang meningkat
Kecemasan berhubungan dengan resiko gangguan kehamilan
Tidak tolenransi dalam beraktifitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2
|
-Jalan nafas bersih
-klien mampu mengontrol kecemasannya
-klien mampu toleransi atau menyesuaikan
denganaktifitasyang dilakukan
|
-bersihkan jalan nafas
-terapi oksigen yaitu berikan oksigen dan
monitoring efektifitasnya
-turunkan tingkat kecemasan klien
-terapi aktivitas klien
|
-adanya peningkatan produksi sekret yang
mempegaruhi jalan nafas menjadi tidak efektif
-dengan dipasangnya oksigen mempermudah pola jalan
nafas
-tingkat kecemasan yang dapat mempengaruhi
perkembagan janin
-membantu klien dalam aktifitasnya sehari - hari
|
DAFTAR PUSTAKA
- http://amoxilin.wordpress.com/
- http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/asma-bronkial.html
- http://ksuheimi.blogspot.com/2007/09/asma-dalam-kehamilan.html
- http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html
- http://oncejevuska.blogspot.com/2007/05/asma-bronkiale-pada-kehamilan.html